Pages - Menu

Selasa, 18 Oktober 2016

ARSITEKTUR THREE TIER PADA ELECTRONIC GOVERNMENT



Sistem pemerintahan di negara-negara besar biasanya memiliki struktur yang disesuaikan dengan bentuk negara dan pembagian wilayah geografisnya. Contohnya adalah negara federal Amerika Serikat yang dibagi menjadi 50 buah negara bagian (state), dimana masing-masing negara bagian dibagi lagi menjadi county dan city (kota). Hal yang sama dilakukan pula oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbagi menjadi sejumlah propinsi (Daerah Tingkat I), kabupaten dan/atau kotamadya (Daerah Tingkat II), kecamatan (Daerah Tingkat III), dan kota.



Sistem pembagian semacam ini turut pula mempengaruhi arsitektur e-Government yang dipergunakan. Secara konsep, arsitektur e-Government yang baik untuk diterapkan adalah sistem tiga lapis atau yang kerap dinamakan sebagai Three-Tier Architecture. Dalam konsep ini secara prinsip anatomi sistem informasi e-Government dibagi menjadi tiga lapisan besar, masing-masing adalah: Customer Facing, Delivery Service, dan Structure. Tujuan utama dipisahkannya sebuah kesatuan sistem informasi menjadi tiga bagian besar ini tidak lain adalah untuk mempermudah perencanaan, pembagunan, dan pengembangan sistem e-Government dari berbagai institusi pemerintahan yang ada, agar antar satu sistem dengan sistem lainnya mudah dihubungkan dan diintegrasikan. Secara natural, masing-masing lapisan saling independen (berdiri sendiri), sehingga yang bersangkutan dapat dengan mudah dibangun dan dikembangkan tanpa harus tergantung dengan banyak komponen-komponen terkait. Untuk memperjelas konsep arsitektur tiga tier ini, ada baiknya dipelajari dan dipahami peranan dan fungsi dari masing-masing lapisan.

Customer Facing

Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari e-Government yang menghubungkan sistem dengan para penggunanya. Ada tiga jenis perangkat pada lapisan ini. Yang pertama adalah infrastruktur, yang berarti jenis lokasi para pengguna (user) melakukan akses terhadap sistem e-Government. Secara fisik, lokasi ini dapat bermacam-macam, seperti melalui rumah, melalui kantor, melalui pusat keramaian, melalui mobil, dan lain sebagainya. Karena user e-Government menginginkan adanya keleluasaan akses, maka sebuah sistem yang baik dapat diakses dari lokasi manapun juga. Perangkat kedua adalah interface, yang merupakan kumpulan dari berjenis-jenis teknologi perangkat keras (digital dan elektronika) yang dipergunakan oleh user dalam menghubungkan dirinya dengan sistem e-Government. Perangkat yang kerap dikenal pula dengan kanal akses ini jenisnya sangat beragam, mulai dari yang tradisional semacam telepon, faksimili, dan komputer PC sampai yang paling baru seperti web-TV, telepon genggam, dan PDA (Personal Digital Assistant). Semakin hari semakin banyak dan beragam jenis kanal akses yang dikembangkan oleh industri untuk dipergunakan user dalam mengakses sistem e-Government yang kesemuanya bekerja di atas platform internet. Modul yang ketiga adalah perangkat lunak aplikasi yang diinstalasi untuk membuat perangkat keras yang dipergunakan user bekerja sebagaimana mestinya. Yang terpenting dari perangkat lunak ini dimata user adalah menarik dan mudah dipergunakan (user friendly). Melalui aplikasi inilah user melakukan pilihan-pilihan pelayanan yang disediakan oleh e-Government sehingga sistem menu yang dipergunakan haruslah sedemikian rupa sehingga user dapat dengan leluasa melakukan transaksi terkait.

Delivery Service

Di belakang lapisan terluar (Customer Facing) terdapat lapisan Delivery Service yang terdiri dari modul-modul dimana aplikasi utama dari e-Government berada. Lapisan yang biasanya dialihdayakan (outsource) ke pihak ketiga ini pada intinya terdiri dari perangkat lunak sistem operasi, aplikasi, dan database telah diprogram sedemikian rupa sehingga berbagai inisiatif e-Government dapat ditawarkan oleh pemerintah ke pihak pelanggan. Dewasa ini mayoritas modul yang ada pada lapisan ini merupakan sistem perangkat lunak berbasis internet, sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan ketiga perangkat pada lapisan pertama. Secara prinsip, lapisan kedua ini merupakan otak atau pusat dari arsitektur tiga tier karena pada lapisan inilah berada aplikasi inti dari e-Government yang berfungsi untuk menjalankan berbagai program pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan utamanya.

Structure

Lapisan terakhir merupakan lapisan pendukung yang berfungsi sebagai tulang punggung kedua lapisan sebelumnya. Dikatakan sebagai tulang punggung karena pada lapisan inilah mengalir data dan informasi yang telah dikemas ke dalam sinyal-sinyal digital untuk dikirimkan dari satu tempat ke tempat lainnya berdasarkan aturan-aturan yang disepakati. Ada dua modul penting dalam lapisan ini. Lapisan pertama adalah infrastruktur teknologi informasi yang pada dasarnya terdiri dari fasilitas teknologi transmisi yang merupakan medium mengalirnya data dan informasi dalam format sinyal digital. Infrastruktur ini harus selalu siap untuk dapat dipergunakan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu dan harus selalu berfungsi dengan normal. Infrastruktur ini harus pula dibangun dengan menggunakan sistem redundansi, dalam arti kata jika satu jalur transmisi terputus, harus ada jalur alternatif yang berfungsi sebagai cadangan. Dewasa ini teknologi transmisi telah memungkinkan disalurkannya sinyal digital melalui darat, laut, dan udara, sehingga pemerintah dapat menjangkau seluruh anggota masyarakatnya walaupun yang bersangkutan berada di pelosok atau daerah pedalaman. Modul kedua yang tidak kalah pentingnya adalah superstruktur, yaitu berbagai peraturan, kebijakan, regulasi, standard, hukum, dan organisasi yang terkait dengan bagaimana data dan/atau informasi tersebut diciptakan dan disebarluaskan sesuai dengan aplikasi e-Government yang ada. Superstruktur ini merupakan unsur yang penting untuk dimiliki mengingat bahwa implementasi konsep e-Government sangat terkait dengan aspek-aspek semacam keamanan transaksi (security), kerahasiaan data (privacy), perlindungan interaksi (legal/regulatory), dan lain sebagainya. Tanpa adanya ini, mustahil e-Government akan dapat berkembang ke arah yang diinginkan.

Dengan membangun konsep e-Government berdasarkan arsitektur tiga tier ini, maka berbagai sistem yang ada di berbagai institusi pemerintahan dapat dengan mudah diintegrasikan. Integrasi yang terjadi sesungguhnya ada pada lapisan kedua karena pada lapisan itulah terdapat inti dari aplikasi e-Government. Sementara lapisan pertama dan ketiga dapat dengan mudah dikembangkan sendiri-sendiri tanpa harus tergantung pada perkembangan aplikasi pada lapisan kedua.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar