Pengertian Pendapatan
Nasional
Coba kalian amati pembangunan didaerah kalian
atau di Indonesia. Seperti pembangunan fasilitas publik, contohnya pembangunan
jalan raya, jembatan, sekolah, dan lain-lain. Kegiatan pembangunan tersebut
memerlukan dana yang tidak sedikit. Dari manakah dana yang digunakan untuk
membiayai pembangunan tersebut ?Pembangunan yang dilakukan pemerintah didanai
dari pendapatan negara/nasional salah satunya pajak (sumber pendapatan
terbesar).
Pendapatan nasional secara sederhana dapat
diartikan sebagai jumlah pendapatan masyarakat suatu negara dalam periode
tertentu (biasanya satu tahun).
Masyarakat pelaku kegiatan ekonomi akan terus
berusaha memperoleh pendapatan untuk memenuhi semua kebutuhan sehingga
menjadikan masyarakat makmur. Jika seluruh pendapatan atau pengeluaran yang
dilakukan pelaku ekonomi di dalam suatu negara dijumlahkan maka akan
terbentuklah pendapatan nasional. Besarnya pendapatan nasional ditentukan oleh
jumlah produk yang dihasilakan oleh para pelaku ekonominya.
Jika dilihat dari jumlah barang atau jasa yang
dihasilkan, produk nasional dikelompokkan menjadi Gross Domestic
Product (GDP) dan Gross National Product (GNP). Dari
kedua konsep tersebut melahirkan konsep Gross Domestic Regional Product (GDRP), Net
National Product (NNP), Net National Income(NNI), Personal
Income (PI), dan Disposable Income (DI)
·
Konsep Pendapatan Nasional
1. 1.
Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP)
Produk Domestik Bruto (PDB) atau dalam bahasa
inggris disebut Gross Domestic Product adalah nilai barang dan
jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor- faktor produksi milik
warga negara, negara tersebut dan warga negara asing yang tinggal di negara
tersebut dalam periode waktu tertentu (biasanya satu tahun).
GDP merupakan nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan, penjumlahan nilai tambah, dan penjumlahan
pendapatan di dalam perekonomian selama periode waktu tertentu.
GDP juga merupakan penjumlahan nilai konsumsi
(C), investasi (I), pembelian barang & jasa oleh pemerintah (G) dan ekspor
neto atau nilai ekspor setelah dikurangi nilai impor (X-M).
Peningkatan/pertumbuhan GDP akan meningkatkan
pula pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan GDP, dapat pengaruhi oleh :
1. Perubahan ketersediaan sumber daya
2.Peningkatan produktifitas
GDP dapat diukur dalam 2(dua) cara, yaitu
sebagai:
1. Total
nilai dari aliran produk akhir
2. Total
biaya atau penghasilan input yang digunakan untuk
memproduksi output
Karena profit/Laba merupakan
konsep residu/sisa, maka kedua cara tersebut menghasilkan total GDP yang sama.
1. 2.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)/ Gross Domestic Regional Product (GDRP)
PDRB adalah jumlah keseluruhan dari nilai
bruto yang berhasil diciptakan oleh seluruh kegiatan ekonomi yang berada pada
suatu wilayah selama periode tertentu.Misalnya PDRB DKI Jakarta, PDRB Jawa
Barat, dan PDRB Aceh.
1. 3.
Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP)
Produk Nasional Bruto (PNB) atau yang dalam
bahasa inggris Gross National Product (GNP) adalah nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanya
barang- barang dan jasa-jasa yang diproduksi atau dihasilkan oleh faktor-faktor
produksi yang dihasilkan warga negara sendiri baik yang berada di dalam negeri
maupun yang berada di luar negeri selama suatu periode (biasanya satu tahun).
Berdasarkan pengertian PNB tersebut, ada tiga
hal penting yang perlu diketahui oleh kalian yaitu :
ü Produksi Nasional Bruto hanya mencangkup
barang-barang akhir (final good) dan atau nilai tambah (value added).
Adapun barang antara dan barang setengah jadi (intermediate semifinished
goods) tidak dimasukan dalam komponen PNB.Hal ini karena untuk menghindari
terjadinya perhitungan ganda terhadap suatu produk.
ü PNB hanya menghitung atau memasukkan nilai
dari barang-barang yang merupakan hasil produksi pada tahun berjalan (dalam
suatu periode dilakukannya perhitungan).
ü Barang dan jasa atau PNB yang dihasilkan
tersebut dinilai menurut harga pasar yang berlaku.
|
Dengan demikian, GNP dapat dirumuskan sebagai
berikut :
* Produk Neto terhadap Luar negeri merupakan
selisih dari pendapatan atas hasil produksi warga negara Indonesia (WNI) yang
bekerja di luar negeri dengan pendapatan atas hasil produksi warga negara asing
(WNA) yang bekerja di Indonesia.
1. 1.
Produk Nasional Neto (PNN)/Net National Product (NNP)
Produk Nasional Neto (PNN) atau Net
National Product (NNP) adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
masyarakat selama satu periode (biasanya satu tahun) yang telah dikurangi
penyusutan (depresiasi). Jumlah PNN sama dengan jumlah pendapatan rumah tangga
konsumsi sebagai imbalan atas penyerahan faktor-faktor produksi.
Dengan demikian NNP dirumuskan sebagai berikut
:
|
Jika ada subsidi atas barang/jasa yang
dihasilkan maka rumus perhitungan NNP adalah sebagai berikut :
|
* – Penyusutan merupakan penurunan nilai harga
barang/jasa.Contoh : Harga dari Buah Jeruk yang baru dipetik (buah segar) Rp
10.000/kg namun setelah beberapa waktu harganya jadi turun menjadi Rp 8.000/kg
karena hampir mau busuk. Contoh tersebut merupakan penyusutan atau penurunan
nilai barang dikarenakan kondisi yang sudah berbeda.
- Subsidi merupakan bantuan dari suatu pihak
(contoh: pemerintah) untuk membantu mengurangi beban atas pihak tertentu.
Contohnya pemerintah memberikan subsidi BBM supaya harga BBM yang terlalu
tinggi diberikan ditanggulangi beban harganya oleh pemerintah supaya harga yang
dikenakan oleh masyarakat tidak terlalu tinggi.
1. 2.
Pendapatan Nasional Bersih/Net Nasional Income (NNI)
Pendapatan Nasional Bersih/Net National
Income adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyrakat dalam
suatu periode (biasanya satu tahun) setelah dikurangi pajak tidak langsung.
Dengan demikian NNI dirumuskan sebagai berikut
:
|
* Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang
dikenakan kepada wajib pajak pada saat tertentu/terjadi suatu peristiwa. Pajak
tidak langsung merupakan beban pajak yang dapat digeser kepada wajib pajak yang
lain. Misalnya pajak pertambahan nilai (PPN), Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB), dan lain-lain.
1. 3.
Pendapatan Perseorangan (PI)/Personal Income (PI)
Pendapatan Perseorangan adalah seluruh
penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar jatuh ke tangan
masyarakat.Tidak semua NNI diterima oleh masyarakat, karena masih harus
dikurangi dengan laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan sosial, pajak
perseorangan dan ditambah dengan pembayaran pindahan (transfer payment).
Dengan demikian PI dirumuskan sebagai berikut
:
|
:
Keterangan :
ü Transfer Payment adalah
adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun
ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh
pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas
pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Transfer Payment
juga merupakanpenambahan pada perhitungan turunan pendapatan nasional.
Penambahan tersebut karena TransferPayment merupakan
pengeluaran pemerintah untuk membayar jasa yang diberikan oleh pegawai swasta
atau karyawan pemerintah diluar pendapatan gaji.Oleh karena itu, transfer
paymentmenambah pendapatan bagi tenaga kerja atau karyawan instansi
pemerintah dan swasta.
ü Untuk mendapatkan jumlah pendapatan
perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang
dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi/Laba
ditahan (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa
tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun
(iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan
maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi
bekerja).
1. 4.
Pendapatan Disposible (Disposable Income/DI)
Pendapatan Disposible (DI)
adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa
konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi
investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal
income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct
tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain,
artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
Jadi DI merupakan pendapatan yang benar-benar
menjadi hak penerimanya.
Dengan demikian DI dirumuskan sebagai berikut
:
|
* Pajak Langsung adalah pajak yang dikenakan
kepada wajib pajak setelah muncul atau terbit Surat Pemberitahuan/SPT Pajak
atau Kohir yang dikenakan berulang-ulang kali dalam jangka waktu
tertentu.Contoh dari pajak langsung adalah pajak penghasilan (PPh), pajak bumi
dan bangunan (PBB), pajak penerangan jalan, pajak kendaraan bermotor, dan lain
sebagainya.
Untuk penjelasan tentang pengertian dan konsep
dari pendapatan nasional, coba kalian perhatikan peta konsep dibawah ini :
Dilihat dari metode perhitungannya seperti
Metode Produksi, Metode Pengeluaran, dan Metode Pendapatan, Pendapatan Nasional
diartikan sebagai jumlah dari seluruh pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan
oleh pelaku ekonomi di dalam suatu Negara dalam periode tertentu (biasanya satu
tahun).
Besar kecilnya pendapatan nasional ditentukan
oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh para pelaku ekonominya. Dilihat dari
jumlah barang atau jasa yang dihasilkan, Pendapatan Nasional dikelompokan
menjadi :
|
·
Contoh Soal
1). Dik: Produk domestic bruto (PDB) Indonesia
sebesar 130.100,6 milyar
Pendapatan Netol Luar Negeri Rp 4.955,7 M
Pajak tidak Langsung Rp 8.945,6 M Penyusutan
Rp 6.557,8 M Iuran Asuransi Rp 2 M
Laba ditahan Rp 5,4 M Transfer Payment Rp13 M
Pajak Langsung Rp12 M Konsumsi Rp100.000 M
Hitunglah: GNP, NNP, NNI, PI, DI, dan Tabungan
Jawab :
GNP = GDP + Produk Neto terhadap Luar Negeri
= 130.100,6 M + 4.955,7 M
= 135.056,3 M
NNP = GNP – Penyusutan
=135.056,3 M – 6.557,8 M
= 128.498,5 M
NNI = NNP – Pajak tidak langsung
=128.498,5 M – 8.945,6 M
= 119.552,9 M
PI = ( NNI – Transfer Payment) –
(iuran Jaminan Sosial+iuran Asuransi+Laba Ditahan+Pajak Perseorangan)
= (119.552,9 – 13 M) – (2 M + 5,4 M)
= 119.539,9 M – 7,4 M
= 119.532,5 M
DI = PI – Pajak Langsung
= 119.532,5 M – 12 M
= 119.520,5 M
Tabungan = DI- Konsumsi
= 119.520,5 M – 100.000 M
= 19.520,5 M
2). Jika diketahui Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia pada tahun 2004 adalah Rp 131.101,6 Miliar. Pendapatan/Produk neto
terhadap Luar Negeri Rp 4.955,7 Miliar, Pajak tidak Langsung Rp 8.945,6 Miliar,
Penyusutan Rp 6.557,8 Miliar, Iuran Asuransi Rp 2,0 Miliar, Laba ditahan Rp 5,4
Miliar, Transfer Payment Rp 6,2 Miliar dan Pajak Langsung Rp
12,0 Miliar. Hitunglah :
a). GNP
b). NNP
c). NI
d). PI
e). DI
Jawab ;
a). GNP = GDP + Produk Neto terhadap Luar
Negeri
= Rp 131.101,6 Miliar + Rp 4.955,7 Miliar
= Rp 136.057,3 Miliar
b). NNP = GNP – Penyusutan
= Rp 136.057,3 Miliar – Rp 6.557,8 Miliar
= Rp 129.499,5 Miliar
c). NI = NNP – Pajak tidak Langsung
= Rp 129.499,5 Miliar – Rp 8.945,6 Miliar
= Rp 120.553,9 Miliar
d). PI = (NI + Transfer Payment) –
(iuran asuransi + iuran jaminan sosial + Laba di tahan + Pajak Perseorangan)
= (Rp 120.553,9 Miliar + Rp 6,2 Miliar) – (Rp
2,0 Miliar + Rp 5,4 Miliar)
= Rp 120.560,1 Miliar – Rp 7,4Miliar
= Rp 120.552,7 Miliar
e). DI = PI – Pajak Langsung
= Rp 120.552,7 Miliar – Rp 12,0 Miliar
= Rp 120.540,7 Miliar
·
Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
Dalam menghitung pendapatan nasional,
diperlukan metode atau cara. Metode tersebut disesuaikan dengan objek yang akan
dihitung. Metode perhitungan pendapatan nasional dibagi menjadi tiga metode,
yaitu sebagai berikut :
1. 1.
Metode Produksi
Menurut metode produksi (production
approach), produk nasional atau Produk Domestik Bruto diperoleh dengan
menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai sektor di dalam perekonomian dalam periode tertentu.Dengan demikian,
PNB atau GDP menurut metode ini, jumlah dari harga setiap masing-masing barang
dan jasa dikalikan dengan jumlah atau kuantitas barang dan jasa yang
dihasilkan.
Pendapatan nasional menurut metode produksi
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y =
Keterangan :
Y = Produk Nasional atau Produk Domestik Bruto
(PNB atau GDP)
P = Harga Barang dari unit ke-I hingga unit
ke-n
Q = Jumlah barang dari jenis ke-I hingga jenis
ke-n
PNB atau GDP diperoleh dengan menjumlahkan
nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh berbagai sector
perekonomian. Hal ini dilakukan untuk menghindari penilaian yang terlalu tinggi
atas output yang diproduksi dengan perhitungan ganda (double
accounting), baik barang jadi dan jasa jadi maupun barang setengah jadi dan
jasa yang masih harus diolah. Untuk itu hanya nilai tambah pada setiap tahap
proses produksi tersebut yang dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional.
Dalam hal ini, GDP atau PNB merupakan penjumlahan dari nilai tambah sektor
pertanian ditambah nilai tambah di sektor manufaktur dan seterusnya. Jika
dirumuskan akan menjadi sebagai berikut :
Y =
Keterangan :
VA = Nilai tambah (Value Added)
sektor-sektor perekonomian (mulai dari sektor ke-I sampai sektor ke-n)
Pendapatan nasional menurut metode produksi
dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh hasil produksi masyarakat dari
seluruh lapangan usaha di dalam satu tahun diukur dengan nilai uang.
Komponen-komponen pembentuk pendapatan
nasional menurut metode produksi terdiri atas sebelas sektor, yaitu :
1. Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
2. Pertambangan
dan penggalian
3. Industri
dan pengolahan
4. Listrik,
gas, dan air minum
5. Bangunan
6. Perdagangan,
hotel, restoran
7. Pengangkutan
dan telekomunikasi
8. Bank
dan Lembaga keuangan lainnya
9. Pemerintahan
dan Pertahanan
10. Jasa-jasa
lainnya
1. 2. Metode Pengeluaran
Menurut metode pengeluaran, pendapatan
nasional adalah penjumlahan seluruh pengeluaran yang dilakukan seluruh rumah
tangga ekonomi (RTP, RTK, RTG, dan Rumah Tangga Luar Negeri) di dalam suatu
negara selama periode tertentu, biasanya satu tahun.
Pendapatan nasional menurut metode pengeluaran
dapat dihitung dengan cara menjumlahkan pengeluaran yang dilakukan seluruh
rumah tangga ekonomi. Dengan demikian, komponen-komponen pendapatan nasional
menurut metode pengeluaran terdiri atas empat komponen, yaitu sebagai berikut :
1. Konsumsi
(Consumption), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen,
yang ditulis dalam rumus dengan lambang C.
2. Investasi
(Investment), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen,
yang ditulis dalam rumus dengan lambang I.
3. Pengeluaran
Pemerintah (Government Expenditure), yaitu pengeluaran yang
dilakukan rumah tangga pemerintah, , yang ditulis dalam rumus dengan lambang G.
4. Ekspor
dan Impor (Export-Import), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga
Luar Negeri, yang ditulis dalam rumus dengan lambang X dan M.
Komponen pembentuk pendapatan nasional
tersebut menurut pendekatan pengeluaran dapat dicerminkan dalam rumus sebagai
berikut :
Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
C = Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga Konsumen
(RTK)
I = Pengeluaran Investasi Rumah Tangga
Produsen (RTP)
G = Pengeluaran pemerintah dari Rumah Tangga
Pemerintah (RTG)
X = Ekspor
M = Impor
1. 3.
Metode Pendapatan/Penerimaan
Menurut metode pendapatan, pendapatan nasional
adalah hasil penjumlahan seluruh penerimaan yang diterima para pemilik faktor
produksi di dalam suatu negara selama periode tertentu (biasanya satu tahun).
Pendapatan nasional menurut metode penerimaan merupakan penjumlahan dari sewa,
upah, bunga modal, dan laba yang diterima masyarakat pemilik faktor produksi
selama satu tahun yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = r + w + i + p
Dengan demikian, komponen-komponen pembentuk
pendapatan nasional menurut metode pendapatan/penerimaan terdiri atas empat
komponen, yaitu :
1. Sewa
(rent) yang diterima pemilik faktor produksi alam.
2. Upah (wages)
atau Gaji (Salary) yang diterima pemilik faktor produksi tenaga kerja
3. Bunga
modal (interest) yang diterima pemilik faktor produksi modal.
4. Laba
(profit) yang diterima pemilik faktor produksi kewirausahaan (entrepreneurship)
·
Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional
Jika diamati, perkembangan perekonomian
nasional selalu berubah.Perekonomian tersebut disebabkan adanya perubahan
pendapatan nasional.Oleh karena itu, pendapatan nasional yang meningkat
menunjukan adanya perkembangan perekonomian masyarakat suatu negara.
Dapat dikatakan bahwa mengetahui kemajuan
perekonomian masyarakat merupakan salah satu tujuan kalian mempelajari
pendapatan nasional. Tujuan-tujuan mempelajari pendapatan nasional yang lain,
yaitu :
1. Untuk
memperoleh taksiran akurat mengenai nilai barang dan jasa yang dihasilkan
masyarakat suatu negara dalam satu tahun.
2. Untuk
membantu membuat rencana dan melaksanakan program pembangunan berjangka untuk
mencapai tujuan pembangunan.
3. Untuk
mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perekonomian
suatu negara.
Selain itu, ada beberapa manfaat yang akan
kalian peroleh jika kalian mempelajari pendapatan nasional, antara lain :
1. Mengetahui
dan menganalisa struktur ekonomi suatu negara, dari perhitungan pendapatan
nasional, kalian dapat mengetahui apakah suatu negara cenderung berstruktur
ekonomi industri, agraris, atau jasa.
2. Membandingkan
keadaan perekonomian dari waktu-waktu karena pendapatan nasional dicatat setiap
tahun. Kalian akan memiliki catatan angka-angka perkembangan ekonomi dari waktu
ke waktu sehingga dapat membandingkan perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu.
3. Membandingkan
perekonomian antardaerah, baik antarkabupaten maupun antarprovinsi.
4. Menjadi
dasar komparatif (perbandingan) dengan perekonomian negara lain.
5. Membantu
merumuskan kebijakan pemerintah, khususnya di bidang ekonomi.
·
Perbandingan Pendapatan Nasional Antarnegara
Adanya kenaikan dalam pendapatan nasional
maupun pendapatan per kapita biasanya dipakai sebagai indikator keberhasilan
pembangunan suatu negara.PDB maupun pendapatan per kapita sebenarnya bukan
merupakan ukuran yang ideal. Michael P. Todaro, seorang
profesor ekonomi dari Universitas New York menyatakan bahwa pendapatan nasional
maupun pendapatan per kapita merupakan indeks kesejahteraan dan pembangunan
yang bias atau belum jelas akurat. Pendapatan perkapita hanya merupakan konsep
rata-rata karena sama sekali tidak memberikan indikasi bagaimana pendapatan
nasional sebuah negara dibagikan kepada masyarakat secara keseluruhan. Dengan
kata lain, pendapatan nasional maupun pendapatan per kapita tidak memiliki
pengaruh apapun terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.
Sebagai perbandingan, berikut disajikan
perkembangan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita Indonesia dan
beberapa negara dikawasan Asia lainnya.
Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan PDB
a. Perhitungan PDB dan Analisa
Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas
tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah
penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin
bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar
ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin.Suatu
negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak
memperhatikan aspek distribusi pendapatan.Akibatnya angka PDB per kapita kurang
memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara.Misalnya,
walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun
negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan pengangguran,
terutama di kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit berwarna).
Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan
bertambah.
Faktor utama pemicu gejala di atas adalah
masalah distribusi pendapatan.
Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif
baik, tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi
makmur.Bahkan untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal,
distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset
finansial dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang
dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih
pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif
antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial.Makin tinggi
PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik.Hubungan ini dapat
dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin
tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan
perekonomian makin membaik. Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebabasan
memilih pekerjaan dan jaminan masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi
dengan catatan, peningkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi
pendapatan.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah
tidak diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output
yang dianggap memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai
uang. Sedangkan output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan
batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual
tidak dihitung. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan
oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin.
Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan
bahwa kesejahteraan sosial di negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang)
adalah jauh lebih baik dibanding di negara-negara miskin (misal Bhutan dan
Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan tingkat bunuh diri di negara-negara kaya
tersebut lebih tinggi di banding negara-negara miskin.
c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas
antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1) Jumlah dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar,
komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan
berpendidikan tinggi (> SLA),
maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
2) Jumlah dan struktur kesempatan
kerja :
Jumlah kesempatan kerja yang makin besar
memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses produksi.
Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas.Sekalipun
kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor
pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi.Sebab sektor pertanian
umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan
berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka output
per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut amat
tinggi.
3) Faktor-faktor nonekonomi :
Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi
antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah
perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang produktif sebab selain jumlah
penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di sektor
modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung tinggi kejujuran
dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara yang selama
kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi bangsa modern,
walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad yang lalu.
d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi
Tak Tercatat (Underground
Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan
oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi
formal.Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas
perekonomian suatu negara.Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia
tidak tercatat.Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual
produknya ke pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan
pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan
ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal.Tetapi di
negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan
oleh karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan
hukum.Padahal, nilai transaksinya sangat besar.Misalnya, kegiatan penjualan
obat bius dan obat-obat terlarang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar