Berikan sesuatu untuk Negara dan jangan
menunggu Negara memberikan apa yang kamu inginkan. Kata itu terucap untuk
menggambarkan jiwa nasionalisme seseorang dalam bernegara. Manusia dalam suatu
Negara dapat dikatakan baik apabila mereka mengikuti aturan yang berlaku.
Negara terbentuk dari sekelompok warga yang ada didalam wilayah tersebut.
Contoh mengikuti aturan yang baik sekarang bukan untuk berperang, tetapi
seperti mengikuti aturan hukum yang berlaku, membayar pajak pendapatan, pajak
kendaraan.
Membayar pajak di Negara ini bisa dikatakan sangat kurang memuaskan. Uang yang kita keluarkan tidak dibarengi fasilitas yang diberikan Negara untuk pembayar pajak. Sudah mahal, lama dan tidak sesuai dengan yang dikeluarkan.
Contohnya, saya pernah membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP). Jika kita mau yang biasa saja kita dapat dikerjakan dengan lama. Tetapi jika kita membayar kepada yang berwenang kita dapat menerima KTP tersebut besok harinya dengan biaya ekstra. Padahal, jika kita dengar diberita bahwa membuat KTP gratis.
Memperpanjang STNK kendaraan kita seperti itu juga. Apabila lewat jalur singkat diSamsat dapat berlangsung sekitar 1 jam atau lebih. Jika menggunakan di tempat yang khusus dapat berlangsung selama 30menit. Kok bisa?
Maka tak heran jika yang tidak memiliki waktu lebih dapat menggunakan jasa calo. Mereka membantu kita dalam mengurangi lama dan jenuhnya mengantri. Dengan tambahan uang yang telah disepakati, mereka dapat memperoleh uang dengan mengganti waktu kita. Adilkah hal itu terjadi.
Dalam kasus itu masih menjadi batas kewajaran. Tetapi jika kita dikatakan seperti calo pernakah anda menerima hal itu.
Saya dikatakan calo karena membantu seorang ibu yang baru membayar STNK pertama kalinya. Sungguh ironis jika hal seindah itu dikatakan Calo. Padahal, teman(oknum) mereka secara jelas memberanikan diri menjadi calo yang sebenarnya.
Jika saya marah mungkin ia tetapi saya tidak akan melaporkan hal itu, karena percuma saja. Saya berharap agar apa yang terjadi pada diri saya tidak terjadi pada semua yang membaca. Semua ini mungkin karena saya bisa 4 kali setahun saya kesamsat.
Awalnya, saya mengambil formulir diloket yang ditunggu oleh seorang petugas. Kemudian ia menawarkan diri “mau cepat atau lama, kalau sama saya 30 menit jadi”. Saya tidak tertarik dengan hal itu. Saya lalu mengisi formulir tersebut di meja besar yang telah disediakan. Di ruangan itu memang ada petugas yang menunggu.
Kemudian saya mau beranjak dari tempat duduk, tiba – tiba saya di tanyakan oleh seorang ibu yang ingin mengisi formulir tersebut tetapi tidak mengerti. Karena saya merasa kasihan saya bantu menulis.
Setelah selesai saya dan ibu itu mengikuti saya dibelakang waktu meminta digabungkan dengan fotokopi sang petugas mengucapkan kamu calo dari mana? Spontan saya menjawab, bukan pak.
Setelah saya menghiraukan hal tersebut saya dan formulir ibu itu saya masukan kebagian pendaftaran. Tak lama sekitar 10 menit saya dan Ibu itu dipanggil untuk mengambil no urut pembayaran.
Lama menunggu sekitar 30 menit saya dipanggil untuk membayar, harusnya punya saya dan Ibu itu beda 1x panggilan. Tetapi alangkah terkejutnya, punya Ibu itu berada jauh dibelakang saya.Hal itu terjadi karena disela oleh yang beneran calonya.
Karena saya sudah selesai saya putuskan untuk pulang karena sudah selesai.
Membayar pajak di Negara ini bisa dikatakan sangat kurang memuaskan. Uang yang kita keluarkan tidak dibarengi fasilitas yang diberikan Negara untuk pembayar pajak. Sudah mahal, lama dan tidak sesuai dengan yang dikeluarkan.
Contohnya, saya pernah membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP). Jika kita mau yang biasa saja kita dapat dikerjakan dengan lama. Tetapi jika kita membayar kepada yang berwenang kita dapat menerima KTP tersebut besok harinya dengan biaya ekstra. Padahal, jika kita dengar diberita bahwa membuat KTP gratis.
Memperpanjang STNK kendaraan kita seperti itu juga. Apabila lewat jalur singkat diSamsat dapat berlangsung sekitar 1 jam atau lebih. Jika menggunakan di tempat yang khusus dapat berlangsung selama 30menit. Kok bisa?
Maka tak heran jika yang tidak memiliki waktu lebih dapat menggunakan jasa calo. Mereka membantu kita dalam mengurangi lama dan jenuhnya mengantri. Dengan tambahan uang yang telah disepakati, mereka dapat memperoleh uang dengan mengganti waktu kita. Adilkah hal itu terjadi.
Dalam kasus itu masih menjadi batas kewajaran. Tetapi jika kita dikatakan seperti calo pernakah anda menerima hal itu.
Saya dikatakan calo karena membantu seorang ibu yang baru membayar STNK pertama kalinya. Sungguh ironis jika hal seindah itu dikatakan Calo. Padahal, teman(oknum) mereka secara jelas memberanikan diri menjadi calo yang sebenarnya.
Jika saya marah mungkin ia tetapi saya tidak akan melaporkan hal itu, karena percuma saja. Saya berharap agar apa yang terjadi pada diri saya tidak terjadi pada semua yang membaca. Semua ini mungkin karena saya bisa 4 kali setahun saya kesamsat.
Awalnya, saya mengambil formulir diloket yang ditunggu oleh seorang petugas. Kemudian ia menawarkan diri “mau cepat atau lama, kalau sama saya 30 menit jadi”. Saya tidak tertarik dengan hal itu. Saya lalu mengisi formulir tersebut di meja besar yang telah disediakan. Di ruangan itu memang ada petugas yang menunggu.
Kemudian saya mau beranjak dari tempat duduk, tiba – tiba saya di tanyakan oleh seorang ibu yang ingin mengisi formulir tersebut tetapi tidak mengerti. Karena saya merasa kasihan saya bantu menulis.
Setelah selesai saya dan ibu itu mengikuti saya dibelakang waktu meminta digabungkan dengan fotokopi sang petugas mengucapkan kamu calo dari mana? Spontan saya menjawab, bukan pak.
Setelah saya menghiraukan hal tersebut saya dan formulir ibu itu saya masukan kebagian pendaftaran. Tak lama sekitar 10 menit saya dan Ibu itu dipanggil untuk mengambil no urut pembayaran.
Lama menunggu sekitar 30 menit saya dipanggil untuk membayar, harusnya punya saya dan Ibu itu beda 1x panggilan. Tetapi alangkah terkejutnya, punya Ibu itu berada jauh dibelakang saya.Hal itu terjadi karena disela oleh yang beneran calonya.
Karena saya sudah selesai saya putuskan untuk pulang karena sudah selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar